by Eki Azzaky - 1 April 2024
Malam hari sekitar pukul 20.00 ditemani bapak, saya mulai berpamitan dengan keluarga besar, juga tetangga-tetangga sekitar. Respon mereka selalu sama : “Eh arep ning ngendi?” (re: mau kemana);“Wah adoh banget ya, ati-ati ya le” (re: wah jauh ya, hati-hati). Respon khawatir & terkejoet mereka bisa dipahami karena memang saya tidak menceritakan rencana ini ke banyak orang. Satu yang paling mak-nyess adalah : “Wah riyaya ora ning omah berarti ya?” (re: lebaran tidak dirumah berarti ya?), saya lalu menatap wajah bapak, tersenyum, menghela nafas, kemudian hanya bisa menjawab “Nggih, nyuwun pangestunipun mawon pakdhe, paklik, bulik” (re : betul, mohon doa restunya saja) kemudian salim mencium tangan, didalam hati menangiiss hehe.
JADI, MAU KEMANA KITA?
Sekitar 20.45 gerimis mulai turun, namun saya masih harus berpamitan lagi dengan satu paklik (adik dari bapak) yang rumahnya agak jauh. Sesampainya disana ternyata beliau ada didepan rumah, saya keluar mobil berlari menembus hujan. “Lik, nyuwun pamit arep piknik neng Halmahera” sampaiku dengan nada bercanda. “Weh, Halmahera ngendi? Anakku yo tugas ning kono” (re: Halmahera mana? Anakku juga tugas disana). Kebetulan sepupu saya yang TNI juga sedang tugas di indonesia timur tapi saya tidak pernah tau pasti tempatnya dimana. “Kula Halmahera Tengah, lik. Lha ngendi?” ; “Ngendi yo, lali aku hehe” kata beliau ; Lahh begimanaa sii om anak sendiri ga tau wkwk, kata saya dalam hati. “Yowes mengko kontek-kontekan wae lik”. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke stasiun.
Yep, seperti yang kalian sudah baca diatas, saya mau ke Halmahera Tengah!. Setelah 6 tahun lebih kuliah di Jatinangor-Bandung, wong Bantul ini akan pergi lebih jauh lagi. Ceritanya dimulai sekitar bulan november tahun 2023 saat saya masih internship. Salah satu rekan ada yang kasih tau saya info tawaran PTT ke daerah tersebut. Sejak saat itu saya mulai pelajari baik-baik daerahnya, benefit & risikonya, juga kontribusi apa yang kira-kira bisa saya lakukan.
KERESAHAN
Pengabdian, apalagi ke daerah terpencil di Indonesia timur selalu jadi cita-cita ngawang saya sejak jaman masih di kampus. Keinginan yang agaknya mustahil diwujudkan karena sepertinya akan sulit dapat acc dari keluarga, juga keberanian yang gak nyampe karena membayangkan sulitnya kehidupan di pedalaman indonesia timur, dan tentu saja akan ada banyak hal yang harus dikorbankan. Tapii meskipun begitu, di tengah kehidupan sekarang yang -relatif- nyaman ini, lirih di dalam hati keinginan itu selalu ada, jauh di dalam sana. Mungkin kalian juga sama?
Lebih dari itu, yang lebih mengusik saya adalah fakta bahwa: lebih dari 2000 puskesmas di Indonesia masih belum ada dokter gigi, sebagian besar dari puskesmas tersebut ada di Indonesia timur, dan kita semua tau sebagian besar dokter gigi berada dimana? Yep, menumpuk di Pulau Jawa tercinta ini. Setiap membaca fakta ini rasa bersalah selalu muncul. Ironi rasanya, di tanah jawa ini suara kita lantang menentang ketidakadilan yang lain, tapi soal ini, diri kita sendiri enggan turun tangan, tidak turut menyelesaikan, tentu semua punya alasan, seperti misalnya : ogah meninggalkan kenyamanan, atau : “Ah, masih ada yang lain, kan?.
Keresahan-keresahan inilah yang membuat saya merasa harus mengambil kesempatan tersebut. Bukan berusaha menjadi satria piningit, atau malaikat yang sekejap menyelesaikan masalah kesehatan disana, tapi setidaknya sedikit peran saya bisa membantu. Disisi lain, untuk diri sendiri saya meyakini bahwa keluar dari zona nyaman artinya sama dengan membentuk zona nyaman baru yang lebih luas. Mumpung masih muda, mumpung idealismenya masih ada, GAASS Bismillah aja!
PREPARASI
Motivasi dari dalam diri sendiri sudah, sekarang bagaimana saya berhasil yakinkan orang tua? Sebetulnya dalam hal lain saya terbiasa ambil keputusan sendiri, jadi izin ke orang tua bukanlah hal yang sulit. Tapi semua berbeda ketika ngobrol dengan ibuk tentang niat yang satu ini, raut wajahnya tidak bisa bohong. Pada awalnya beliau sangat khawatir. Namun, setelah saya tunjukkan bagaimana kehidupan disana melalui foto-foto (pemandangan indah, penduduk ramai, tempat tinggal layak dsb) beliau bisa lebih tenang dan akhirnya merelakan anaknya untuk merantau (lagi). Alhamdulillah.
Singkat cerita semua persiapan sudah dilakukan. Saya juga sudah berkomunikasi dengan pihak puskesmas & dinkes setempat dan semua membantu dengan sangat baik sehingga perjalanan bisa direncanakan dengan matang. Tibalah hari ini, saya sedang menuju stasiun Tugu, lalu akan ke Stasiun Gubeng, lalu ke Bandara Djuanda, lalu transit di Bandara Hassanuddin Makassar, lalu turun di Baabullah ternate, laluu ke pelabuhan Kotabaru laluuu huaahh masih panjanggg guys!, ikutin aja dah pokoknya wkwk
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media sosial, serial terbaru Netflix : "Bodies". Series ini menceritakan tentang 4 detektif dari 4 zaman berbeda yang berusaha mengidentifikasi 1 mayat yang sama. Dalam salah satu episodenya, detektif melakukan otopsi untuk mengidentifikasi penyebab kematian. Hal tersebut membawa ingatan saya pada pengalaman ketika terlibat dalam proses otopsi korban mutilasi pada Bulan Juni 2023 lalu. Saat itu, saya adalah dokter gigi internship di salah satu RS di Sleman, bersama 5 rekan dokter gigi lainnya, dibawah supervisi dokter pendamping.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus.