by Eki Azzaky - 15 Nov 2023
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media sosial, serial terbaru Netflix : "Bodies". Series ini menceritakan tentang 4 detektif dari 4 zaman berbeda yang berusaha mengidentifikasi 1 mayat yang sama. Dalam salah satu episodenya, detektif melakukan otopsi untuk mengidentifikasi penyebab kematian. Hal tersebut membawa ingatan saya pada pengalaman ketika terlibat dalam proses otopsi korban mutilasi pada Bulan Juni 2023 lalu. Saat itu, saya adalah dokter gigi internship di salah satu RS di Sleman, bersama 5 rekan dokter gigi lainnya, dibawah supervisi dokter pendamping.
Siang hari bolong saat kami sedang merawat pasien di poli gigi, tiba-tiba ada telfon masuk : "Dok! ke ruang forensik sekarang, kita mau otopsi korban mutilasi". Sejenak saya terdiam, -korban mutilasi- terngiang dikepala, membuat pikiran saya travelling kemana-mana. "Dok?", "Oh, maaf siap dok" jawab saya sambil terkejut. Kemudian kami ber-enam segera menyelesaikan pasien, lalu bergegas menuju ruang forensik yang ada di ujung timur paling belakang dari rumah sakit. Ini adalah pengalaman kami pertama kali sebagai dokter gigi terlibat dalam proses otopsi. Sepanjang perjalanan perasaan excited, penasaran, takut bercampur aduk.
Sampailah kami di depan ruang forensik, disambut oleh dokter Sp.FM. Nampaknya, beliau bisa merasakan wajah-wajah culun yang nervous ini, sehingga kami tidak langsung dipertemukan dengan korban. Beliau mengajak kami masuk ke ruangannya terlebih dahulu, ngobrol kesana kemari beramah-tamah. Setelah +-15 menit, meskipun saya masih tetap deg-degan akhirnya kami diantar masuk ke ruang otopsi dengan mengenakan apd terlebih dahulu.
Pintu dibuka, perlahan-lahan terlihat isi di dalam ruangan. Ternyata, sudah ramai orang di ruangan tersebut, dokter residen dan adek-adek koas FK yang sedang stase forensik. Melangkah masuk, langsung tercium aroma tak sedap yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Dibalik keramaian mata, saya terus mencari dimana korban yang akan kita lakukan otopsi. Semakin masuk saya melangkah, kemudian terlihat ada tubuh tak bernyawa yang tergeletak diatas meja otopsi. Innalillahi wa innailaihi roji'un.
Dokter forensik kemudian menjelaskan apa yang harus kami lakukan selama proses otopsi. Kami diberi tugas untuk melakukan pemeriksaan pada kepala, khususnya area oro-maxilo-facial . "Pemeriksaan ini adalah hal yang sehari-hari kami lakukan --pada manusia hidup--, bedanya hanya pasien kali ini tidak membuka mulut secara sukarela" Ucap saya dalam hati untuk menenangkan diri. Tidak berapa lama, satu dari kami keluar ruangan karena tidak sanggup melanjutkan.
Pekerjaan harus diselesaikan, singkat cerita kami melakukan pemeriksaan pada kepala secara "terpisah" dari tubuhnya. Saya melakukan pemeriksaan intra-oral dan ekstraoral, menatap wajah korban. Dalam hati, saya terus berdoa semoga korban berkenan untuk dilakukan pemeriksaan ini. Kami mencatat semua temuan dan melakukan dokumentasi. Sepanjang proses tersebut pikiran saya berusaha menyelami kembali teori-teori odontologi forensik yang kami dapatkan selama kuliah dulu. Morfologi rahang dan gigi untuk menentukan jenis kelamin, gigi molar ketiga dan pola atrisi untuk identifikasi usia dan sebagainya. Setelah beberapa lama melalui proses yang menegangkan, akhirnya pemeriksaan selesai dilakukan kami keluar dari ruang otopsi. Hasil sudah direkap, lalu kami bersama dokter pendamping berdiskusi.
Bagai menyusun puzzle, keping demi keping informasi kami kumpulkan, berbagai teori kami baca kembali. Selama proses ini pula wajah pasien dengan berbagai luka kekerasannya tidak pernah lepas dari bayangan. Aroma ruangan juga seakan-akan terus mengikuti. Tetapi, kami harus tetap tenang dan fokus sambil terus berdoa untuk kebaikan korban. Setelah melalui proses yang panjang, pada akhirnya dari hasil pemeriksaan ditetapkan jenis kelamin korban adalah perempuan berusia sekitar 50an tahun, terbunuh karena dipotong di bagian leher. Kasus selesai.
Beberapa hari setelah itu mulai rilis berbagai berita "mutilasi klaten" di internet tentang kasus ini. Bagaimana kronologis dan motif dari pembunuhan ini juga sudah terungkap.
Ini adalah pengalaman paling berkesan sepanjang internship, mungkin juga akan jadi pengalaman satu-satunya. Sebagai penutup, kita doakan semoga korban mendapat tempat terbaik di sisi Allah, Aamiin. 🌹 🌹 🌹
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim. Donec pede justo, fringilla vel, aliquet nec, vulputate eget, arcu. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus.